Pemberdayaan
masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya (empowering) atau penguatan (strengthening) kepada masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai kemampuan individu yang bersenyawa
dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan dan
bertujuan menemukan
alternatif-alternatif baru dalam pembangunan masyarakat (Mardikanto, 2014). Prinsip
pemberdayaan masyarakat adalah salah satu prinsip penting yang berusaha
diterapkan dalam pendampingan petani gula semut.
Pertanian
di Indonesia kebanyakan masih
menggunakan cara tradisional.
Di satu sisi bisa
menjadi nilai plus, karena masih menggunakan cara alami atau organik. Petani
gula kelapa juga demikian. Dari proses budidaya tanaman
kelapa, panen nira,
dan proses produksinya,
cara pengelolaan dilakukan secara turun temurun dari orang tua mereka kepada
anak anaknya. Bisa
dikatakan dari beberapa generasi sebelumnya, proses pengolahan gula
kelapa nyaris belum banyak
berubah.
Gula
semut sebagai sebuah komoditas industri pangan membutuhkan penjagaan kualitas dari hulu
sampai tingkat konsumen. Mulai
budidaya di kebun organik,
panen nira, proses transportasi dari kebun ke dapur masak, kondisi dapur, dan peralatan produksi harus
memiliki standar kualitas. Pabrik atau perusahaan yang
berada dalam satu ruangan atau satu tempat tentu akan lebih mudah menjaga
kualitasnya. Tetapi di gula kelapa, tempat produksi tersebar di rumah masing-masing petani. Tempat
produksi yang berada di rumah tangga petani ini membutuhkan tim penjaga kualitas
dengan model ICS (Internal Control System).Petani yang sebelumnya terbiasa memproduksi gula cetak harus menyesuaikan
diri dengan cara produksi gula semut, terutama gula semut organik. Misalnya menggunakan bahan alami seperti kulit manggis untuk membuat
pengawet nira/laru,
kedisiplinan waktu menderes, pemasakan hingga kebersihan peralatan produksi. ICS diturunkan ke dalam teknik-teknik di lapangan yang dilakukan melalui
pendampingan petani gula semut.
Pendampingan diperlukan agar
petani bisa konsisten menjalankan kontrol kualitas yang berstandar. Dalam
pendampingan ini, seorang pendamping melakukan edukasi dan sosialisasi
kepada petani sampai
adanya perubahan perilaku petani dalam menjalankan produksi. Selain
itu pendamping juga mengenalkan teknologi
tepat guna misalnya tungku hemat (penggunaannya klik disini) untuk membantu petani. Pendampingan
petani gula semut yang dilakukan tim Agroberdikari
sekaligus menjalankan fungsi pemberdayaan masyarakat. Tim Agroberdikari terus berdiskusi dan melakukan berbagai eksperimen
tentang bagaimana
langkah yang tepat agar petani mempunyai daya dan upaya untuk
melakukan perubahan perubahan yang lebih baik. Meskipun perubahan yang
dilakukan oleh petani memang tidak bisa instan, tetapi perlu waktu dan intensitas pendampingan yang terus
menerus.
Pendampingan petani gula semut tidak hanya dilakukan pada siang hari, dimana waktu tersebut biasanya petani sibuk dengan ativitasnya sehari hari. Mereka menderes kelapa, mencari kayu bakar, mencari rumput untuk ternak ambing atau sapi dan aktivitas lain. Pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan. Misalnya saja mencari rumput, sudah pasti harus dilakukan karena ternak mereka membutuhkan pakan harian. Menderes juga demikian, jika ditinggalkan sehari saja, hari berikutnya nira sudah terfermentasi dan membusuk. Karena itulah jika ada kegiatan lain yang membutuhkan waktu seharian penuh, sudah pasti hari itu sang petani kehilangan pendapatannya. Memahami situasi tersebut, Tim Agroberdikari melakukan pendampingan dengan cara yang lebih fleksibel baik dari segi waktu maupun metode.
Pendampingan yang dilakukan malam
hari membuat tim pendamping lebih mudah dalam menggali informasi karena
dukungan suasanya yang santai.
Petani akan merasa lebih nyaman
karena tidak dikejar kejar waktu untuk segera menyelesaikan pekerjaannya. Melalui
bincang-bincang personal, pendamping
akan mendapatkan
informasi yang tepat dan semakin memahami bagaimaan persoalan yang
dihadapi petani sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar