Kontak : ( +62 ) 813 2770 0066
Senin - Sabtu : 08.00 - 18.00
Jumat, 08 November 2019

Asuransi Kerja Bagi Petani Penderes Gula Kelapa

Petani penderes kelapa, setiap hari menderes pohon kelapa 2 kali, yaitu pagi dan sore. Jika  petani menpunyai 30 pohon, maka setiap hari dia harus memanjat 60 pohon. Memanjat pohon kelapa dengan tinggi 7 hingga 15 m sangatlah beresiko. Lengah sedikit saja dapat menimbulkan kecelakaan yang fatal, dari luka berat bahkan sampai meninggal dunia. Untuk itu, Agroberdikari pada hari  Jumat, 8 November 2019, mengadakan sosialisasi BPJS bekerjasama dengan kantor BPJS Ketenaga kerjaan Kebumen.


Adapun manfaat dari BPJS Ketenagakerjaan ini, meliputi transportasi, biaya pengobatan dn perawatan selama di Runah Sakit, santunan cacat, santunan kematian, biaya rehabilitasi dan bantuan beasiswa.

Pelatihan Petani Gula kelapa Gapoktan Panca Karsa

Kamis, 7 November 2019, suasana Rumah Kayu Agroberdikari cukup ramai. 50 orang petani dari Desa Argopeni Kecamatan Ayah Kebumen mengikuti kegiatan dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten kebumen,



Jumat, 01 November 2019

Trade Expo Indonesia (TEI) 2019

Pada Tanggal 16 - 20 Oktober 2019 CV Agroberdikari mengikuti Trade Expo Indonesia (TEI) 2019  ke - 34 dengan tema ' Moving forward To Serve The World '  yang di buka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di ICE BSD Tangerang. Bagi CV.  Agroberdikari merupakan kegiatan yang ke 2 kalinya, setelah pada Tahun 2018 lalu juga ikut sebagai peserta. Menurut Dirjen Kemdag, Arlinda, TEI ini bertujuan untuk mempromosikan produk nasional yang berkualitas yang di produksi di Indonesia untuk dipasarkan ke pasar global.



Dari kegiatan tersebut, beberapa pembeli secara khusus telah merencanakan untuk mengunjungi prossesing Agroberdikari dan berdiskusi tentang produk gula semut Moyang.


Sabtu, 07 September 2019

Gula Semut, Gula Aren, dan Gula Tebu. Bedanya Apa?

Ada bermacam-macam jenis gula di sekitar kita. Coba tengok ke dapur, ada berapa macam gula yang biasa Sahabat pakai untuk memasak? Masing-masing jenis punya perbedaan dari segi bahan baku dan kegunaannya. Di sini kita akan belajar mengenali perbedaan antara gula semut, gula aren, dan gula tebu.

Ketiga jenis gula memiliki perbedaan dasar pada bahan baku. Gula aren adalah gula yang dihasilkan dari tanaman aren atau palem (palm tree) sehingga sering disebut sebagai palm sugar atau palm suiker. Nira dari tandan bunga pohon aren diproses menjadi pemanis alami melalui proses pemanasan dan pendinginan. Gula aren biasanya dicetak dalam bentuk silinder dan setengah lingkaran.

Bibit kelapa organik

Kamis, 05 September 2019

Pelatihan dan Praktek Pembuatan Tungku Buring

Memasuki hari ke tiga Pelatihan dari Kementerian Perindustrian, bertempat di prosessing Agroberdikari dengan materi  praktek pembuatan tungku hemat dan sehat untuk masak nira model buring. Nama buring diambil karena letak kayu bakarnya miring. Kelebihan tungku ini diantaranya yaitu kayu bakar lebih hemat karena ada proses pemanasan pada kayu sebelum kayu terbakar, nira lebih cepat masak dan dapur lebih sehat karena asap keluar ruang dapur dengan adanya cerobong asap.

Material bahan pembuatannya  terdiri dari semen, pasir, batu bata, genteng 1 buah untuk lobang kayubakar dan cerobong. Batang pisang dibutuhkan untuk mencetak lobang api ditengah tungku.


Selasa, 03 September 2019

Pelatihan Produksi Gula Palma Kementerian Perindustrian

Untuk peningkatan kualitas dan kuantitas gula semut organik ( Organic Coconut Sugar ), Kementerian Perindustrian mengadakan pelatihan produksi dan GMP di pengrajin gula semut organik anggota  ICS Agroberdikari yang tergabung dalam kelompok Nira Sumber Rejeki Desa Wonoharjo dan Kelompok Nira Budi Rahayu Desa Giyanti Kecamatan Rowokele.  Kegiatan yang diadakan dihotel Candisari dari tanggal 3 sampai 6 September 2019 ini di buka oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kebumen, Widiatmoko, SH. MH.




Proses pelatihan yang difasilitasi Perhimpunan Setara Purwokerto dilakukan dengan metode partisipatif dan model pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa (POD), menjadikan suasana belajar lebih hidup. Dimana dalam model ini peserta diberikan informasi baru dengan diintegrasikan dengan pengalaman keseharian yang biasa dilakukan. Karakteristik petani gula kelapa yang sibuk berkutat dengan pekerjaan dan urusan rumah tangga memang menjadikan pentingnya model training yang disesuaikan dengan latar belakang peserta. Sehingga maksud dan tujuan pelatihan dapat tercapai.

Hari kedua, Materi GMP difasilitasi oleh Astin Atsna K, SP. MP. dari CV Hugo Inovasi. GMP (Good Manufactoring Product) merupakan syarat dasar untuk menjamin makanan agar layak dan aman dikomsumsi.


 





Dalam kesempatan ini, Kementerian Perindustrian juga memberikan bantuan peralatan untuk membuat gula semut kepada peserta.  Terdiri dari wajan untuk masak nira, pongkor foodgrade, loyang dan peralatan lainnya. Bantuan tersebut bagian dari standarisasi peralatan untuk mendukung pengrajin supaya memproduksi gula organik dan berkualitas.
Minggu, 01 September 2019

KKN Desa Gula Semut

Desa Wonodadi merupakan salah satu desa sentra gula kelapa di kabupaten Kebumen yang terletak di pegunungan karst Gombong Selatan dimana termasuk dalam wilayah Geopark Karangsambung Karangbolong. Dengan kondisi lahan yang berbukit bukit dan tanah yang dibeberapa tempat terdapat bongkahan batu karang  ternyata malah cukup baik untuk tumbuhnya tanaman kelapa. Di desa ini sudah banyak petani yang membuat gula semut. Namun diwilayah atas masih banyak yang belum mengenal gula semut.

Saat ini Agroberdikari, Pemerintah Desa dan Kecamatan Buayan sedang bersama sama mengembangkan gula semut organik diwilayah Desa Wonodadi  sebelah atas. Pada bulan Juli - Agustus, ikut menguatkan program, hadir teman teman mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Berbagai kegiatan dilakukan bersama KKN, yaitu sosialisasi program gula semut organik, pelatihan dan praktek membuat gula semut, workshop dan pendampingan dan kunjungan ke petani gula kelapa.

  

Workshop tentang pemberdayaan masyarakat mengundang narasumber Bambang Hariyanto, SE dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kebumen dan Manager Agroberdikari. Dalam sambutannya, Isnaedi, selaku Camat Kecamatan Buayan, menyampaikan bahwa diversifikasi produk dari gula cetak ke gula semut diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pengrajin gula. Setelah workshop selesai, Beliau bersama Kepala Desa Wanadadi melakukan kunjungan ke beberapa petani yang sudah mulai memproduksi gula semut.


Pelatihan dan praktek membuat gula semut organic dipandu oleh tim ICS Agroberdikari dan pengurus BUMDES Margo Mulyo dengan dihadiri oleh Kepala Desa Wonodadi.

 

Kehadirin teman teman KKN ini memang cukup memotivasi warga untuk mengenal dan memproduksi gula semut organic. Waktu KKN yang singkat sekitar 2 bulan, setidaknya menjadi media belajar bersama untuk lebih mengenal dan memahami potensi sumber daya di wilayah Desa Wonodadi.
Kamis, 29 Agustus 2019

Pohon Kelapa Genjah Kebumen


Wilayah Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen) dikenal sebagai daerah yang banyak menghasilkan pohon kelapa. Di Kebumen sendiri terdapat ribuan petani yang menggantungkan diri kepada pertanian kelapa, baik diambil buahnya maupun dideres (disadap) untuk diolah menjadi gula merah atau gula kelapa.

Setiap kali petani menderes kelapa, selalu ada risiko keamanan yang membayangi. Tinggi pohon kelapa yang biasa dimiliki petani dan siap dideres adalah sekitar 20 sampai 30 meter. Petani memanjat pohon dengan peralatan sederhana. Jika musim hujan, kesulitan dan risiko yang dihadapi menjadi berkali lipat. Karenanya banyak dikembangkan pohon kelapa varietas unggul yang memiliki sifat-sifat misalnya tinggi pohon tidak lebih dari 3 meter dengan kualitas buah dan nira yang baik.

Hampir semua petani menyebut pohon kelapa varietas unggul sebagai pohon kelapa genjah. Di Kebumen sendiri, petani menyebutnya kelapa genjah entok. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan setempat telah melakukan pengamatan awal kelapa genjah entok sejak tahun 2001. Pada awal tahun 2019, kelapa genjah entok Kebumen ditetapkan sebagai varietas unggul lokal dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 41/ KPTS/KB.020/2 /2019. Sebagai kabupaten terbesar produksi kelapanya nomor 3 setelah Kabupaten Pandeglang dan Kabupetan Pangandaran, ini merupakan langkah maju. 

Karakteristik spesifik dari kelapa genjah entok Kebumen menurut Kasi Perbenihan dan Perlindungan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten kebumen, Ashari, S.P, yaitu sebagai berikut:

1.       Besar batang relatif sama dari bawah sampai atas
2.       Bentuk anak daun yang kaku (tegak)
3.       Bentuk buah yang bulat dan besar
4.       Daging buah lebih tebal dan warna buah hijau muda pada fase kelapa mud
5.       Tanaman lebih cepat tumbuhnya (usia 3 - 4 tahun sudah mulai berbuah)
6.       Pertambahan tinggi lebih lambat.

Dari sertifikasi yang dilakukan Balai Penelitian Tanaman Palma Manado, ditetapkan 302 Pohon Induk Terpilih (PIT) yang tersebar di Kecamatan Alian, Mirit, Ambal, dan Buayan di Kabupaten Kebumen yang akan diambil sebagai benih kelapa yang tersertifikasi sebagai kelapa genjah entok. Benih kelapa inilah yang nantinya akan dikembangkan dan ditanam dikebun petani atau mungkin  di demplot pembenihan.

Pohon kelapa genjah entok memang cukup banyak buahnya, namun untuk produksi nira sebagai bahan baku pembuat gula masih perlu penelitian lebih lanjut. Riset tanaman kelapa butuh waktu yang panjang karena terkait dengan umur pohon kelapanya sendiri. Dari pembenihan hingga keluar tandan dibutuhkan waktu  4 - 7 tahun. Biasanya produksi nira mendapat hasil maksimal jika usia pohon sudah cukup dewasa. Kalau jenis kelapa dalam usia produktif, rata-rata diatas usia 15 tahun sudah bisa dipanen niranya. Karena itu penelitian dari pembenihan hingga step by step pertumbuhannya harus terus menerus dilakukan setidaknya 10 tahun.


Di Kabupaten lain juga sebenarnya sudah berkembang pohon kelapa genjah entok ini. Namun, bisa jadi tanaman yang dimaksud berbeda dari segi varietas dan karakteristiknya. Seperti apakah pohon kelapa genjah entok di tempat Sahabat?
Jumat, 23 Agustus 2019

Peralatan Membuat Gula Semut

Untuk membuat gula semut di petani dibutuhkan peralatan yang sederhana dan cukup hemat, yaitu,

1. Pisau deres digunakan untuk mengiris manggar
2. Pongkor foodgrade yaitu wadah nira
3. Ayakan Stainlees digunakan untuk membuat butiran butiran kristal gula
4. Saringan Satainlees digunakan untuk menyaring nira saat dituang di wajan
5. Wajan masak nira
6. Kayu untuk mengaduk nira saat dimasak
7. Batok gerusan, digunakan untuk menggerus gula yang mulai mengering menjadi butiran
8. Loyang Alumunium/Stainless digunakan untuk mengeringkan gula semut


1. Gambar Wajan



2. Gambar Batok Gerusan


3. Gambar Loyang


4. Gambar Ayakan


5. Gambar Saringan

6. Pongkor Foodgrade

Minggu, 18 Agustus 2019

Tungku Hemat dan Sehat Petani Gula Kelapa di Desa Kedungwringin

Menderes kelapa  bukan sesuatu yang baru bagi warga Desa Kedungwringin Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen. Meski sekarang sudah jauh berkurang, namun di beberapa grumbul masih dapat ditemui beberapa warga yang masih bertahan menderes kelapa. 

Desa yang terletak di sebelah timur waduk Sempor ini termasuk mempunyai kekayaan alam yang beragam. Dari bertani padi, palawija, menderes getah pinus dan juga kayu kayuan,  Saat musim kemarau biasanya warga menanami tepian waduk dengan tanaman kacang tanah, jagung dan ubi. Peternakan dan perikanan juga cukup bagus. Peternakan meliputi kambing dan sapi. Dari waduk Sempor, warga menangkap ikan dengan pancing dan jala tradisional. Karena itu ketika ditanyakan menderes kelapa merupakan pekerjaan utama atau sampingan, biasanya mereka akan berpikir beberapa saat. Jika disebut utama, tetapi mereka mempunyai pekerjaan lain. namun, jika disebut sampingan, justru dengan menderes kelapa mereka mendapat penghasilan rutin setiap harinya.

Sejak tahun 2016 Agroberdikari melakukan pendampingan pembuatan gula semut organik di desa Kedungwringin. Dengan program ini diharapkan penderes akan termotivasi kembali untuk menekuni menderes kelapa. Beberapa kegiatan dilakukan yaitu pembentukan kelompok pengrajin gula semut organik, pembuatan tungku hemat untuk masak gula dan kedepannya peremajaan tanaman kelapa dengan tanaman kelapa varitas unggul.

Pembuatan tungku hemat dan sehat dipetani gula kelapa di Desa Kedungwringin Sempor ini sudah dilakukan dibeberapa petani penderes seperti Darmono, Rohyadi, Slamet Sudiarjo dan Nuryadin. Model tungku yang dibuat disesuaikan dengan pilihan petani, yang pada prinsipnya dapat menghasilkan pembakaran dan kinerja yang maksimal.  Pembuatannya dilakukan bersama sama oleh anggota kelompok dibantu oleh Tim ICS Agroberdikari.



Dengan menggunakan tungku ini petani penderes merasakan manfaatnya, diantaranya kayu bakar lebih hemat, nira cepat matang dan lebih sehat karena menggunakan cerobong asap keluar ruangan dapur. Ruang dapurpun tampak lebih rapi dan bersih sehingga mendukung higienitas produk, 










Senin, 01 Juli 2019

Training ICS dan HACCP Pengrajin Gula Semut

Industri gula semut memiliki model usaha yang unik. Produksi ditingkat petani gula semut tersebar dirumah masing - masing petani sendiri. Tahapan dari panen nira, dimasak hingga menjadi butir - butir kristal gula semut ada didapur petani. Produksi dilakukan secara tradisional dn manual.

Untuk menimgkatkan pemahaman dn ketrampilan petani, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kebumen bekerjasama dengan Agroberdikari mengadakan pelatihan Internal Control System dan HACCP bagi pengrajin gula semut di beberapa desa di Kabupaten Kebumen. Pelatihan diadakan di Hotel Candisari Karanganyar dari tanggal 27 - 28 Juni 2019.

Dengan pelatihan ini, diharapkan pengrajin gula semut dapat menjaga hieginitas dan keorganikan produk dan menjadikan gula semut bekualitas.




Selasa, 04 Juni 2019

Diskusi Petani Gula Semut dan Buyer

Pada pertemuan GENDIS (Gerakan Pendidikan Petani Gula Semut) bulan Mei yang lalu, hadir sebagai narasumber Bapak Lewi Cuaca, salah satu buyer Agroberdikari yang juga eksportir produk pertanian lainnya. Diskusi dan sharing antara petani dan buyer ini merupakan salah satu program Agroberdikari. Dengan pertemuan pengerajin gula semut dengan buyer eksportir ini diharapkan akan terjalin komunikasi dan saling memahami, dari petani memahami seperti apa kualitas yang diminta oleh pembeli dan pembeli juga mengetahui kendala kendala apa yang dihadapi oleh pengrajin untuk mencapai kualitas tersebut.




Lewi menyampaikan bahwa permintaan dunia akan gula semut terus meningkat, namun kualitas harus ditingkatkan. Saat ini gula semut Indonesia bersaing dengan negara negara tetangga terkait dengan kualitas.  Gula semut premium dengan warna kuning cerah, atau biasa disebut dengan Blonde, semakin diminati. Dalam forum tersebut Lewi juga menyampaikan pentingnya menjaga gula semut dari kontaminasi bahan bahan non organik misalnya kotoran dan obat gula. Untuk itu dapur petani harus tetap hieginis.




Diakhir sessi, Lewi mengajak semua pihak pelaku usaha ini untuk bekerjasama saling berbagi peran agar pasar gula semut dapat terus berkelanjutan.
Kamis, 07 Maret 2019

GENDHIS, Gerakan Pendidikan Petani Gula Semut




Untuk meningkatkan kapasitas petani, agroberdikari menginisiasi program belajar bagi petani dg nama Gerakan Pendidikan Petani Gula Semut (GENDHIS).

Program yang dimulai bulan Januari 2019 ini, tahap ke 1 diikuti oleh 38 petani gula semut Desa Wonodadi dengan waktu pembelajaran setiap bulan sekali selama 1 tahun. Selama 1 tahun tersebut, peserta mendapatkan asisstensi dari tim Pendamping Agroberdikari.

Dalam program ini, beberapa materi yang disampaikan yaitu Pertanian Organik, Tehnik Produksi Gula Semut, Standar Keamanan Pangan, Penjaminan Mutu dengan ICS, Managemen Ekonomi Rumah Tangga dan sebagainya.

Beberapa pegiat gula semut akan menjadi narasumber pelatihan ini dantaranya yaitu Kukuh Haryadi S.P. MM (Pendamping Plut Jateng), Tutu Septiana, Ega Apriliana dan narasumber lain.

Dengan pelatihan tersebut diharapkan petani gula semut mempunyai kemampuan dalam pengelolaan usaha pertanian sehingga dapat meningkatkan produktifitasnya.
Jumat, 01 Maret 2019

Analisis Usaha Tani Penderes Gula Kelapa



Kabupaten Kebumen merupakan salah satu sentra produksi gula kelapa. Kurang lebih sekitar 20 ribu KK bermatapencaharian sebagai penderes kelapa. Produk yang dihasilkan dari tanaman kelapa yaitu berupa nira yang diolah menjadi gula semut maupun gula cetak. Analisis usaha tani merupakan kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Berdasarkan analisis usaha tani, berikut rincian anggaran pemasukan dan pengeluaran seorang penderes dalam melakukan kegiatan usaha gula kelapa;

Tabel 1. Biaya Tetap

Biaya tetap usaha gula kelapa yaitu sebesar Rp. 1.428.500,- (Tabel 1). Biaya tetap adalah biaya yang tidak berbeda seiring dengan adanya perubahan kuantitas pada unit produksi. Biaya tetap tergantung waktu, yaitu tetap konstan dalam suatu periode.  

Tabel 2. Biaya Variabel 

 Biaya variabel usaha gula kelapa yaitu sebesar 8.302.000,- (Tabel 2). Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi seiring dengan perubahan pada jumlah unit produksi. Biaya variabel tergantung volume, yaitu berubah dengan adanya perubahan volume dan tetap konstan pada tiap unitnya. 


Tabel 3. Total Biaya 

Total biaya yang dibutuhkan dalam usaha gula kelapa yaitu sebesar Rp.9.730.500,- (Tabel 3). Pemasukan penderes dalam mengolah nira menjadi gula semut dan gula cetak memiliki keuntungan yang sangat berbeda. Setiap bulannya dengan menanam 30 pohon mampu menghasilkan gula sebanyak 225 kg/bulan. Apabila mengolah menjadi gula semut mampu mendapatkan pemasukan Rp. 43.200.000,-, sedangkan apabila diolah menjadi gula cetak mendapat penghasilan sebesar Rp.32.400.000,- dalam kurun waktu selama satu tahun (Tabel 4).
Tabel 4. Pendapatan Penderes 

Revenue cost ratio merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dalam menerapkan suatu teknologi. Adapun kriteria hasil sebagai berikut:
  • R/C>1, berarti usaha sudah dijalankan dengan efisien ataupun menguntungkan.
  • R/C=1, berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas atau break event point.
  • R/C<1, berarti usaha tidak efisien dan tidak layak serta tidak menguntungkan
Tabel 5. Analisis Penderes Gula Kepala berdasarkan Analisis R/C

Berdasarkan analisis revenue cost ratio bahwa penderes kelapa memiliki nilai >1 yang memiliki nilai usaha yang efisien dan menguntungkan dalam mengolah nira menjadi suatu produk beruapa gula semut maupun gula cetak. Namun memiliki keuntungan yang sangat jauh berbeda, apabila diolah menjadi gula cetak dalam satu tahun dengan jumlah sebanyak 30 pohon yang dideres mampu menghasilkan laba sebesar Rp.22.669.500,-, sedangkan apabila diolah menjadi gula semut mampu menghasilkan laba sebesar Rp.33.469.500,-. Selisih antara gula semut dan gula cetak sangatlah jauh berbeda apabila penderes mengolah menjadi gula semut mampu meraup keuntungan yang lebih dibanding menjadi gula cetak dengan mencapai keuntungan lebih sebesar Rp.10.800.000,- dalam satu tahun produksi.  

Penulis: Ega Apriliana/Research and Development Agroberdikari







Senin, 25 Februari 2019
Sabtu, 16 Februari 2019

POTENSI POHON KELAPA DI KABUPATEN KEBUMEN


Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan jenis tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kelapa termasuk jenis tumbuhan dari famili Palmae dari genus Cocos. Bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan hampir seluruh bagiannya, diantaranya akar, batang daun dan buahnya, sehingga pohon ini sering disebut sebagai pohon kehidupan. 
Tanaman kelapa dapat tumbuh optimal pada dataran rendah hingga tinggi. Kondisi topografi yang sesuai adalah pada kemiringan lereng 0 – 40%. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa adalah 20 – 35ᵒC. Jumlah ketersediaan air tanaman kelapa memiliki curah hujan 1.000 – 5.000 mm, jumlah bulan kering 0 – 6 dan kelembaban udara >50% . Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kelapa adalah jenis tanah yang memiliki fraksi liat yang dominan seperti liat berpasir, liat, liat berdebu dan lain sebagainya (Ritung, dkk., 2011).
Kabupaten Kebumen terletak antara 7ᵒ27’ - 7ᵒ50’ LS dan 109ᵒ22’ - 109ᵒ50’ BT. Kabupaten Kebumen memiliki luasan lahan 1.281,12 km2, secara administrasi berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara disebelah utara, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Suhu udara Kabupaten Kebumen yaitu pada suhu 25 - 27ᵒC dan memiliki curah hujan 3.917 mm. Kelembaban udara Kabupaten Kebumen adalah 83 – 89% (Kabupaten Kebumen, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Kebumen memiliki potensi untuk pengembangan tanaman kelapa.
Potensi tanaman Kabupaten Kebumen salah satunya adalah jenis tanaman perkebunan yaitu tanaman kelapa. Produk yang dihasilkan dari tanaman kelapa, antara lain buah kelapa dan nira yang diolah menjadi gula kelapa. Jumlah pohon kelapa di Kabupaten Kebumen terdapat sebanyak 2.660.895 batang dengan produksi sebanyak 171.234.990 butir (Kabupaten Kebumen, 2018).
Teknik budidaya tanaman meliputi pembibitan, pengolahan media tanam, teknik penanaman, pemeliharaan tanaman dan pengendalian hama penyakit tanaman dan pemanenan. Berikut adalah tahapan cara budidaya tanaman kelapa:

1)      Pembibitan
Persyaratan benih kelapa yaitu berasal dari pohon induk yang berumur 20 – 40 tahun dengan ciri – ciri memiliki batang yang kuat dan lurus dengan mahkota berbentuk spherical (berbentuk bola), daun dan tangkainya kuat serta bebas dari gangguan hama dan penyakit. Ciri buah yang matang untuk benih, yaitu ±12 bulan, 4/5 bagian kulit berwarna coklat, bentuk bulat agak lonjong, panjang buah 22 – 25 cm, lebar buah 17 – 22 cm, buah licin dan mulus, air buah cukup, apabila digoncang terdengar suara nyaring. Seleksi benih dilakukan dengan cara mengistirahatkan benih selama ±1 bulan dalam gudang dengan kondisi udara segar dan kering, tidak bocor, tidak terkena sinar matahari dan suhu udara dalam gudang 25 – 27ᵒC.
Teknik penyemaian benih dilakukan pada topografi datar, drainase baik, dekat dengan sumber air dan lokasi penanaman. Persiapan bedengan atau polybag dilakukan dengan mengolah tanah sampai gembur sedalam 30 – 40 cm dengan lebar 2 m, tinggi 25 cm dan panjang tergantung lahan dengan jarak antar bedengan 60 – 80 cm. Polybag terbuat dari polyethylene/poliprophylene berwarna hitam dengan ukuran 50x40 cm dan tebal 0,2 mm, bagian bawah berlubang diameter 0,5 cm dengan jarak lubang 7,5 cm sebanyak 48 buah untuk aerasi dan drainase dan diisi dengan tanah top soil halus. Kemudian dilakukan pendederan dengan menyayat benih selebar ±5 cm pada tonjolan sabut sebelah tangkai berhadapan sisi terlebar dengan alat yang tajam. Tanam benih dalam tanah sedalam 2/3 bagian dengan sayatan menghadap keatas dan mikrofil ke timur. Penanaman dengan posisi segitiga bersinggungan. Setiap satu meter persegi dapat diisi 30 – 35 benih atau 25.000 butir untuk areal 1 hektar. Berikut jangka waktu pembibitan;
·         Lama pembibitan 5 – 7 bulan: jarak tanam 60x60x60 cm; jumlah bibit 24.000/ha.
·         Lama pembibitan 7 – 9 bulan: jarak tanam 60x60x60 cm; jumlah bibit 17.000/ha.
·         Lama pembibitan 9 – 11 bulan: jarak tanam 60x60x60 cm; jumlah bibit 1.000/ha.
Bila disemai di bedengan, maka setelah benih berkecambah (panjang tunas 3 – 4 cm) perlu dipindahkan ke polybag. Persemaian polybag berlangsung selama 6 – 12 bulan, berdaun ±6 helai dan tinggi 90 – 100 cm. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor setiap 2 hari sebanyak 1 kali dengan jumlah air sebanyak 5 liter tiap pagi dan sore. Untuk mengetahui cukup tidaknya penyiraman, maka setelah 2 jam pada bagian sayatan ditekan dengan ibu jari, apabila keluar air maka penyiraman telah cukup. Pembersihan rumput dilakukan untuk mencegah adanya inang hama dan penyakit. Pemindahan bibit dilakukan pada umur 9 – 12 bulan. Dua sampai tiga hari sebelum dipindahkan akar yang keluar dari polybag harus dipotong apabila pembibitan dilakukan di polybag.
Pembibitan tanaman kelapa 

2)      Pengolahan Media Tanam
Persiapan yang dilakukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survai. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, dan keadaan tanah. Pembukaan lahan dilakukan dengan penebasan semak dan penebangan pohon. Sedangkan apabila lahan bekas pertanian, tidak perlu pembukaan lahan dan dapat langsung dilakukan pengajiran, pembuatan lubang tanam, penanaman legume dan tindakan yang lain yang diperlukan selanjutnya. Kemudian melakukan pembentukan bedengan dengan membentuk melingkar lokasi dengan diameter 200 cm untuk mencegah hujan masuk ke leher batang tanaman bibit. Apabila kondisi tanah masam dengan kondisi pH 6 – 8 perlu dilakukan pengapuran untuk menurunkan tangkat kemasaman didalam tanah. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan bahan organik dengan berupa pupuk kompos dan pupuk kandang sebanyak 10 kg/pohon untuk tiap lubang (lokasi yang ditanami) dengan mencampurkan pada tanah top soil yang berada pada sebalah utara lubang, kemudian memasukkan tanah tersebut dalam lubang.  
3)      Teknik Penanaman
  • Penentuan pola tanam, dilakukan dengan sistem tanam yang baik yaitu sistem tanam segi tiga, karena pemanfaatan lahan dan pengambilan sinar matahari akan maksimal. Jarak tanam 9x9x9 meter dengan pola ini jumlah tanaman akan lebih banyak 15% dari sistem bujur sangkar. 
  • Pembuatan lubang tanam dilakukan paling lambat 1 – 2 bulan sebelum penanaman untuk menghilangkan keasaman tanah dengan ukuran 60x60x60 cm sampai dengan 100x100x100 cm. Pembuatan lubang pada miring >20ᵒ dilakukan dengan pembuatan teras individu selebar 1,25 m ke arah lereng diatasnya dan 1 m ake arah lereng dibawahnya. Teras dibuat miring 10ᵒ ke arah dalam.
  • -    Pemberian mulsa dilakukan setelah ditanam, tanah sekitar tanjaman ditutup dengan mulsa (daun-daunan hijau dari semak-semak, lalang atau rumput-rumputan yang lainnya dan juga jerami).
  • -    Penanaman tanaman penutup dilakukan dengan menanam tanaman legume yang bertujuan untuk menekan gulma dan perkembangan hama serta memperbaiki struktur tanah, mengurangi penguapan, mencegah erosi dan menahan aliran permukaan. Penanaman dilakukan sebelum musim hujan yang bertujuan agar biji penutup tanah tidak busuk. 
4)      Pemeliharaan Tanaman 
  • Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tumbuh kerdil terserang hama dan penyakit dan mati, dilakuka pada saat musim hujan setelah tanaman sebelumnya di cabut pada musim kemarau. 
  • Penyiangan dilakukan dengan memotong gulma sampai batas permukaan dengan interval penyiangan 4 minggu sekali (musim hujan) atau 6 minggu sampai 2 bulan sekali (musim kemarau). 
  • Pembumbunan dilakukan dengan penimbunan tanah dibagian atas permukaan sekitar pohon hingga menutup sebagian batang pohon yang dekat dengan akar.
  • Perempalan dilakukan terhadap daun dan penutup bunga yang telah kering (berwarna coklat) dengan cara memanjat pohon kelapa atau membiarkan hingga jatuh dengan sendirinya.
  • Pemupukan dengan menggunakan pupuk hijau. Sumber pupuk hijau berasal dari sisa- sisa tanaman (sisa panen) atau tanaman yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau. Penanaman tanaman penghasil pupuk hijau dapat dilakukan secara in situ misalnya pertanaman tumpang gilir dengan tanaman utama (contoh:pergiliran tanaman pangan dengan legume penutup tanah). Tanaman penghasil pupuk hijau dapat juga ditanam diluar areal pertanaman utama. Jenis tanaman yang dijadikan sumber pupuk hijau diutamakan dari jenis legum, karena tanaman ini mempunyai kandungan hara (utama nitrogen) yang relatif tinggi dibanding jenis tanaman yang lainnya. Selain itu tanaman ini mudah terdekomposisi, sehingga penyediaan haranya lebih cepat. Menurut palm et al. (2001) bahwa secara garis besar membagi bahan tanaman berdasarkan kualitas, yakni tergolong berkualitas tinggi bila mengandung N paling sedikit 2,5%, kandungan lignin dan polifenol masing-masing <15% dan <4%. Bila diaplikasikan ke dalam tanah (sebagai pupuk hijau), pelepasan N benar-benar dapat terjadi (net release of nitrogen) jika kandungan lignin dan polifenol masing-masing <15% dan <4%. Disisi lain, bahan tanaman yang mengandung N <2,5% tergolong berkualitas rendah, demikian juga halnya bahan-bahan tanaman yang menyebabkan terjadinya imobilisasi N selama terjadinya proses dekomposisi, yakni tanaman yang mengandung lignin dan polifenol tinggi. Salah satu cara untuk menyediakan sumber pupuk hijau secara in situ adalah dengan mengembangkan tanaman lorong (alley cropping), dimana tanaman pupuk hijau (berupa tanaman perdu jenis legum) ditanamn sebagai tanaman pagar (hedge grow) berseling dengan tanaman utama (pangan atau perkebunan) sebagai lorong.  Tanaman pagar ini selain menghasilkan bahan organik, selain itu dapat menekan erosi. 
  • Penyiraman dilakukan pada musin kemarau untuk mencegah kekeringan yang dilakukan dua atau tiga hari sekali. Hal yang dilakukan dengan cara mengalirkan air melalui parit-parit disekitar bedengan atau dilakukan dengan penyiraman secara langsung. Rata-rata jumlah air yang disiram ±2 l/pohon. 
  • Kegiatan pemupukan dilakukan dengan menggunakan bahan organik dengan memanfaatkan sisa tanaman dan kotoran hewan. Penggunaan bahan organik ini bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi didalam tanah. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau , pupuk kandang dan sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung dan sabut kelapa). Berikut adalah macam-macam jenis pupuk organik dan cara pembuatannya:
·         Pupuk Kandang
Pupuk kandang yaitu pupuk berasal dari kotoran hewan (ternak) yang dicampur dengan rumput atau jerami. Pupuk kandang merupakan hasil fermentasi kotoran ternak yang memiliki kandungan N, P2Odan K2O. Kadar unsur hara pada pupuk kandang yang dihasilkan berbeda-beda, seperti pada pupuk sapi pada wujud 80% padat mengandung 0,55% N, 0,30% P2O5, dan 0,40% K2O, pupuk kambing pada wujud 70% padat mengandung 0,75% N, 0,50% P2O5, dan 0, 45% K2O, pupuk ayam mengandung 1,00% N, 0,80% P2O5, dan 0, 40% K2O. Pupuk kandang yang masih muda atau mentah (belum benar-benar masak) tidak baik untuk dipergunakan. Unsur karbon (C) atau nitrogen (N) pada pupuk kandang yang muda atu mentah masih tinggi dan suhunya masih terlalu tinggi, sehingga akan membuat tanaman menjadi layu. Oleh karena itu, agar pupuk menjadi matang, caranya ialah harus ditimbun lebih lama lagi di tempat yang teduh dan selalu dibalik-balik guna mempercepat proses pembusukannya. Ciri-ciri pupuk kandang yang sudah matang, yaitu jika dipegang pupuk akan terasa dingin, jika diremas pupuk mudah rapuh dan bau kotoran sudah hilang. Berikut adalah cara pembuatan pupuk kandang, yaitu:
o   Cara sistem terbuka
Pada sistem ini kotoran ternak ditimbun pada tempat terbuka di permukaan tanah. Tempat penyimpanan berupa tanah yang ditinggikan dan diberi atap. Kelebihan sistem ini yaitu kotoran ternak lebih cepat matang dibandingkan dengan menggunakan sistem tertutup. Namun, kekurangannya yaitu selama proses penguaraian, bau kotoran ternak akan terbawa angin sehingga penyebarannya lebih jauh. Beberapa tipe ternak dalam pengolahan menjadi pupuk dalam sistem terbuka, antara lain pada hewan ternak besar yaitu seperti sapi dan kerbau. Kotoran sapi akan dikumpulkan dan dijemur di tempat terbuka selama 2-3 hari. Penjemuran sebaiknya dilakukan di atas pasir. Setelah dijemur, kotoran tersebut ditimbun di tempat beratap dan tidak berdinding agar mudah terangin-angin sehingga akan lebih cepat matang. Penimbunan sebaiknya dilakukan peninggian tempat agar ketika hujan pupuk tidak terkena aliran hujan. Setelah 2 minggu pupuk telah matang dan siap digunakan. Hewan ternak sedang seperti domba dan kambing. Kotoran domba dikumpulkan dan ditimbun di tempat berupa bangunan yang beratap dan tidak berdinding. Ditimbung diatas tanah tanpa diberi alas. Kotoran sebaiknya disiram untuk mempercepat terjadinya pembusukan. Kotoran yang bercampur rumput atau gulma sebaiknya disiram untuk mempercepat terjadinya pembusukan. Kurang lebih dari satu bulan, kotoran dan rumput telah hancur serta memperlihatkan tanda-tanda kematangan. Maka, setelah itu kotoran ternak telah berubah menjadi pupuk dan siap untuk digunakan. Sedangka pada kotoran ayam akan lebih cepat mengalami kematangan. Karena kandungan unsur karbon (C) dan nitrogen (N) rendah. Sehingga tidak memerlukan proses penguraian yang lama. Setelah pengambilan kotoran biasanya dilakukan selama dua minggu ayam dipanen atau diaprikan. Sehingga kotoran telah mengalami proses penyimpanan didalam kandang dan kotoran telah mengalami proses penyimpanan di dalam kandang dan kotoran yang diambil dari kandang biasanya telah matang sempurna dan jika disimpan terlebih dahulu sebaiknya disimpan didalam karung dan ditempatkan di tempat beratap.
o   Cara sistem tertutup
Pada sistem ini, kotoran ternak ditimbun di dalam lubang yang diberi atap. Kelebihan dari sistem ini yaitu penyebaran bau dapa dikurangi selama proses penguraian. Sedangkan, kelemahannya yaitu dalam proses penyimpanannya membutuhkan waktu yang lama dan pupuk tidak kering. Sistem ini efektif digunakan pada ternak besar dan sedang yang produksi kotorannya cukup banyak. Tempat penimbunannya terdiri dari dua bagian utama yaitu lubang dan atap. Pertama kotoran dimasukkan kedalam lubang, ukuran lubang tergantung banyaknya kotoran, apabila sudah terisi penuh dengan kotoran ternak sebanya pada permukaan tanah diberi taburan kapur yang telah dihaluskan agar tidak terjadi pengasaman pupuk. Kemudian ditimbun oleh tanah dan dibuat parit kecil disekitarnya agar tidak tergenang oleh air. Setelah 2-3 bulan, pupuk sudah siap digunakan. Aplikasi pupuk kandang umumnya dilakukan sebanyak 10kg bahan pupuk kandang pada tiap pohonnya setiap 6 bulan sekali pada menjelang musim hujan dan menjelang musim kemarau.
 5) Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati adalah suatu bahan racun yang digunakan untuk membunuh organisme penganggu tanaman dengan menggunakan bahan dasar yang alami dari tumbuhanm seperti daun, batang, akar dan buahnya. Keunggulan pestisida nabati ini sangat murah dan dapat dibuat dengan sendiri oleh petani serta ramah lingkungan. Fungsi pestisida nabati yaitu bersifar reppelan, antifidan, merusak perkembangan telur dan larva, menghambat reproduksi serangga betina dan mampu mengendalikan pertumbuhan jamur dan bakteri (Sri Wahyuni Handayani, dkk., 2017). Berikut pestisida yang biasa digunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman kelapa adalah membuat pestisida nabati dengan membuat ekstrak dari gadung. Gadung merupakan tanaman yang merambat yang umbinya mengandung alkaloid, yaitu discorin, sedangkan zodiac mengandung evodiamine dan rutaecarpine. Kandungan alkaloid ini membuat gadung memiliki potensi yang tinggi sebagai insektisida nabati. Cara pembuatan ekstrak gadung dengan memarut atau menghaluskan umbi gadung sebanyak 1/2 Kg, kemudian peras hasil gadung yang sudah dihaluskan dan kemudian disaring. Setelah itu hasil perasan dicampur menggunakan air sebanyak 10 liter dan diaduk secara merata. Kemudian ekstrak tersebut disemprotkan pada seluruh bagian tanaman yang diserang pada pagi atau sore hari.  
6)   Pemanenan dilakukan dengan mengambil butir buahnya dan menyadap nira kemudian diolah menjadi gula semut. Butir buah umumnya dipanen pada saat buah berumur 1 bulan. Sedangkan nira kelapa dapat disadap pada umur 6 – 8 tahun dengan serta lamanya penyadapan dapat dilakukan selama 25 – 30 tahun. Cairan nira keluar dari bunga kelapa yang pucuknya belum membuka. Cara pemanenannya, ikat tangkai bunga kelapa lalu potong ujung tangkai kelapa setelah diambil cairannya agar cairan nira dapat keluar kembali dengan jumlah yang lebih banyak dengan menaruh wadah dari bahan food grade sebagai wadah nira atau yang biasa disebut dengan pongkor. Frekuensi penyadapan dilakukan sehari 2 kali setiap pagi dan sore hari. Pohon kelapa dapat menghasilkan nira sebanyak 1 – 2 liter pada sore hari, sedangkan pagi hari dapat menghasilkan 1,5 – 4 liter di pagi hari. 



Proses pemanenan nira

Penulis: Ega Apriliana/Research and Development Agroberdikari