Kontak : ( +62 ) 813 2770 0066
Senin - Sabtu : 08.00 - 18.00
Sabtu, 30 Mei 2020

Pengrajin Gula Semut di Tengah Pandemi


Pandemi Covid 19 yang tengah melanda dunia saat ini membuat tatanan dunia kalang kabut. Berbagai bidang terdampak, seperti ekonomi, sosial, agama dan tatanan budaya. Lebaran yang baru saja lewat, yang biasanya di masyarakat desa ramai dengan suasana saling silaturahmi, berkunjung dengan sanak saudara, berjabat tangan saling maaf memaafkan, kali ini tampak lengang. Protokol kesehatan memang mewajibkan untuk jaga jarak dan menghindari kerumunan. Bahkan banyak masjid dan tempat ibadah lainnya yang ditutup. masyarakat di anjukjan untuk tinggal dirumah dan beribadah dirumah. Dari sisi ekonomi, jelas situasi ini memukul dunia usaha.

Namun tidak demikian bagi dunia pertanian. Profesi yang selama ini kurang dilirik ini menunjukan kekuatannya saat pandemi. Misalnya bagi petani penderes gula kelapa, masa masa pandemi ini permintaan gula kelapa sangat tinggi, baik gula cetak maupun gula semut. Ruang kerja bagi penderes juga memungkinkan untuk adanya jaga jarak, karena satu kebun biasanya dideres satu orang.

Adalah  Nasun (40 tahun), salah satu penderes dampingan CV. Agroberdikari yang tinggal di salah satu desa sentra gula kelapa di Desa Tanggeran Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas.  Dalam kesehariannya, Nasun menderes 30 pohon kelapa yang dideres 2 kali, pagi dan sore. Pekerjaan ini sudah dilakukannya sejak berusia 22 tahun. Dia yang menderes kelapa dan isterinya (Karsini) yang memasak nira dirumah.







 

Gula semut yang dihasilkan Nasun dan isterinya ini memang termasuk spesial. Warnanya kuning cerah dan aromanya harum. Ada beberapa hal memang yang membedakan dari petani yang lain, misalnya kedisiplinan waktu menderes (pagi dan sore), proses  memasaknya dilakukan 3 kali sehari, kebersihan peralatan dan tungkunya juga terlihat kinerjanya  bagus. Nira yang dihasilkan juga bening kecoklatan. Nasun menggunakan laru atau pengawet nira organik dari cangkang manggis yang didapat dari pohon manggis yang banyak terdapat di wilayahnya.  Peralatan dan proses  yang dijalankan masih  alami dan tradisional  turun temurun dari orang tuanya. Dalam sehari Nasun mampu menghasilkan 11 kg gula semut. Dari hasil penjualan gula semut tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

Kendala yang dihadapi petani penderes pada umumnya adalah faktor cuaca. Saat akhir kemarau panjang biasanya banyak tanaman kelapa yang kekeringan dan tidak keluar manggarnya. Seperti tahun lalu, bulan oktober november,  hampir 2 bulan Nasun tidak menderes. Di wilayahnya memang pengairan tanaman kelapa menjadi kendala. Lokasi pegunungan pada saat kemarau sulit untuk mendapatkan air. Tanaman kelapa yang mendapat perawatan dan pemupukan dengan baik sebenarnya bisa tahan lebih baik saat musim kemarau.

Banyak profesi di desa yang mempunyai daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi krisis. Peluang kerja di dunia pertanian juga masih sangat terbuka lebar bagi siapa saja yang mau tekun menjalani. Memang penguatan disisi budidaya tanaman, produksi, pasar dan tata niaganya masih perlu terus dilakukan agar profesi ini semakin diminati.