Kontak : ( +62 ) 813 2770 0066
Senin - Sabtu : 08.00 - 18.00
Rabu, 13 Februari 2019

Konsistensi Kualitas Melalui Pendampingan Petani Gula Semut


Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya (empowering) atau penguatan (strengthening) kepada masyarakat. Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai kemampuan individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan dan bertujuan menemukan alternatif-alternatif baru dalam pembangunan masyarakat (Mardikanto, 2014). Prinsip pemberdayaan masyarakat adalah salah satu prinsip penting yang berusaha diterapkan dalam pendampingan petani gula semut.

Pertanian di Indonesia kebanyakan masih menggunakan cara tradisional. Di satu sisi bisa menjadi nilai plus, karena masih menggunakan cara alami atau organik. Petani gula kelapa juga demikian. Dari proses budidaya tanaman kelapa, panen nira, dan proses produksinya, cara pengelolaan dilakukan secara turun temurun dari orang tua mereka kepada anak anaknya. Bisa dikatakan dari beberapa generasi sebelumnya, proses pengolahan gula kelapa nyaris belum banyak berubah.

Gula semut sebagai sebuah komoditas industri pangan membutuhkan penjagaan kualitas dari hulu sampai tingkat konsumen. Mulai budidaya di kebun organik, panen nira, proses transportasi dari kebun ke dapur masak, kondisi dapur, dan peralatan produksi harus memiliki standar kualitas. Pabrik atau perusahaan yang berada dalam satu ruangan atau satu tempat tentu akan lebih mudah menjaga kualitasnya. Tetapi di gula kelapa, tempat produksi tersebar di rumah masing-masing petani. Tempat produksi yang berada di rumah tangga petani ini membutuhkan tim penjaga kualitas dengan model ICS (Internal Control System).Petani yang sebelumnya terbiasa memproduksi gula cetak harus menyesuaikan diri dengan cara produksi gula semut, terutama gula semut organik. Misalnya menggunakan bahan alami seperti kulit manggis untuk membuat pengawet nira/laru, kedisiplinan waktu menderes, pemasakan hingga kebersihan peralatan produksi. ICS diturunkan ke dalam teknik-teknik di lapangan yang dilakukan melalui pendampingan petani gula semut.

Pendampingan diperlukan agar petani bisa konsisten menjalankan kontrol kualitas yang berstandar. Dalam pendampingan ini, seorang pendamping  melakukan edukasi dan sosialisasi kepada petani sampai adanya perubahan perilaku  petani dalam menjalankan produksi.  Selain itu pendamping juga mengenalkan teknologi tepat guna misalnya tungku hemat (penggunaannya klik disini) untuk membantu petani. Pendampingan petani gula semut yang dilakukan tim Agroberdikari sekaligus menjalankan fungsi pemberdayaan masyarakat. Tim Agroberdikari terus berdiskusi dan melakukan berbagai eksperimen tentang bagaimana langkah yang tepat agar petani mempunyai daya dan upaya untuk melakukan perubahan perubahan yang lebih baik. Meskipun perubahan yang dilakukan oleh petani memang tidak bisa instan, tetapi perlu waktu dan intensitas pendampingan yang terus menerus.






Pendampingan petani gula semut tidak hanya dilakukan pada siang hari, dimana waktu tersebut biasanya petani sibuk dengan ativitasnya sehari hari. Mereka menderes kelapa, mencari kayu bakar, mencari rumput untuk ternak ambing atau sapi dan aktivitas lain. Pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan. Misalnya saja mencari rumput, sudah pasti harus dilakukan karena ternak mereka membutuhkan pakan harian. Menderes juga demikian, jika ditinggalkan sehari saja, hari berikutnya nira sudah terfermentasi dan membusuk. Karena itulah jika ada kegiatan lain yang membutuhkan waktu seharian penuh, sudah pasti hari itu sang petani kehilangan pendapatannya. Memahami situasi tersebut, Tim Agroberdikari melakukan pendampingan dengan cara yang lebih fleksibel baik dari segi waktu maupun metode.


Pendampingan yang dilakukan malam hari membuat tim pendamping lebih mudah dalam menggali informasi karena dukungan suasanya yang santai. Petani akan merasa lebih nyaman karena tidak dikejar kejar waktu untuk segera menyelesaikan pekerjaannya. Melalui bincang-bincang personal, pendamping akan mendapatkan informasi yang tepat dan  semakin memahami bagaimaan persoalan yang dihadapi petani sesungguhnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar